Tangisan Nabi Musa Untuk Imam Husein as

Diriwayatkan bahwa suatu hari Nabi Musa as melewati tanah Karbala. Tiba-tiba duri menancap di kakinya dan keluar darah.

 

Nabi Musa merasa kesakitan dan berkata, “Ya Allah, apa dosaku sehingga aku harus membayar kaffarahnya seperti ini?”

Kepada Nabi Musa Allah berfirman, “Hai Musa, kesakitan hanya karena sebuah duri yang menancap di kakimu sudah menjadikan kamu menyesal. Sementara di tanah ini hamba-Ku yang penuh pengorbanan Husein bin Ali dibunuh dalam bentuk yang paling buruk.”

 

Nabi Musa as menjadi penasaran dan berkata, “Siapakah Husein bin Ali? Mengapa ia dibunuh?

 

Seketika itu malaikat Jibril datang dan menceritakan peristiwa Asyura kepada Nabi Musa as.

 

Mendengar peristiwa Asyura yang menyedihkan itu, Nabi Musa as menangis karena kemazluman Imam Husein as.

 

Tangisan Nabi Ibrahim as Untuk Imam Husein as

 

Nabi Ibrahim as mengendarai kuda melewati tanah Nainawa (Karbala). Tiba-tiba kudanya jatuh dan kepala Nabi Ibrahim terluka dan darahnya mengalir. Nabi Ibrahim sedih dan berkata, “Jangan-jangan aku telah melakukan dosa dan ini adalah kaffarahnya?”

 

Pada saat itu malaikat Jibril datang dan berkata, “Ibrahim, Allah berfirman bahwa tidak ada dosa yang kamu lakukan! Kamu saat ini berada di tempat di mana Husein putra penutup para Nabi dibunuh ditempat ini dan anak-anaknya ditawan. Allah ingin memberitahukn peristiwa pahit itu dengan perantara kejadian ini.”

 

Nabi Ibrahim berkata, Siapakah pembunuh Husein as?”

 

Malaikat Jibril berkata, “Pembunuhnya adalah orang yang dilaknat oleh para penghuni langit dan bumi yaitu Yazid bin Muawiyah.”

 

Nabi Ibrahim menangisi kemazluman Imam Husein as dan melaknat para pembunuhnya.

 

Apel Surgawi

 

Hasan dan Husein as berada di dekat Rasulullah Saw dan mereka berdua bermain. Pada hari itu malaikat Jibril sebagai tamunya Rasulullah Saw. Hasan dan Husein as melihat malaikat Jibril berupa manusia. Ketika mereka sudah kelelahan bermain, malaikat Jibril menawarkan satu buah apel, satu buah delima dan satu buah beh (quince). Dengan rasa gembira mereka berdua menuju kepada kakeknya dan menunjukkan buah tersebut kepada beliau. Rasulullah Saw mencium buah-buah tersebut dan berkata, “Bawalah buah-buah ini ke rumah dan berikan kepada ayah dan ibumu dan saya akan menyusul kalian!”

 

Mereka kembali ke rumah dan menunjukkan buah-buah itu kepada ayah dan ibunya. Imam Ali as tahu bahwa buah-buah ini bukan buah-buah biasa. Rasulullah Saw datang ke rumah mereka dan berkata, “Ini adalah buah-buah yang dibawakan oleh temanku Jibril untuk kalian dari surga.”

 

Meski buah-buah itu dimakan, ia kembali utuh lagi seperti semula, sampai ketika Rasulullah Saw wafatpun buah-buah itu tetap segar dan utuh. Namun setelah syahadahnya Sayidah Fathimah as, tiba-tiba delimanya hilang dan tidak seorang pun yang tahu kemana delima itu lenyap.

 

Setelah syahadahnya Imam Ali as, tiba-tiba buah beh itu hilang. Akan tetapi buah apel masih tetap utuh dan segar.

 

Imam Husein as berkata kepada putranya Imam Sajjad as, “Di hari Asyura apel surgawi itu bersamaku, setiap aku merasa kehausan, aku menciumnya dan hilanglah rasa hausku. Ketika air sungai Furat di tutup, rasa hausku semain dahsyat, di saat itulah aku menggigit apel itu dan pada saat itu aku merasa akan terbunuh.

 

Imam Sajjad as juga berkata, “Setelah syahadah ayahku, bau harum apel itu tercium di tempat syahadahnya ayah. Aku mencari-carinya tapi tidak menemukannya. Setelah itu, setiap aku menziarahi makam mulia ayahku, aku merasakan bau apel itu. Tentu saja, setiap Syiah kami yang menziarahi makam beliau menjelang subuh dengan niat yang ikhlas, maka ia akan merasakan bau apel itu. (IRIB Indonesia / ENH)

 

Sumber: “Sad Pand va Hekayat” Husein

By bisnismandiri Dikirimkan di Irib

Tinggalkan komentar